Keputusan sudah diambil. pasukan sudah menyebar dan kapal-kapal perang sudah dalam perjalanan. Hampir tiga juta prajurit bersiap-siap untuk menghantam dinding pertahanan Antantik Hitler di Perancis. D-Day sudah diperlakukan. Tanggung jawab atas penyerbuan terletak sepenuhnya di atas bahu berpintang empat Jendral Dwight D. Eisenhower.
Malam sebelumnya sang jendral melewatkan waktu bersama pasukan para 101st airbone. mereka menyebut dirinya Elang berteriak. Sementara anak buahnya menyiapkan pesawat terbang dan peralatan mereka, Ike (nama panggilan sang jendral) berjalan menemui prajuritnya satu demi satu dengan memeberi mereka semangat. Banyak diantara pilot masih cukup muda untuk menjadi anaknya. dan memang ia memerlakukan mereka seperti anaknya. Seorang koresponden menulis bahwa sementara Ike mengamati pesawat-pesawat C47 mengudara dan menghilang di kegelapan malam, tangannya dimasukkan jauh kedalam kantong celannya dan matanya penuh dengan air mata.
Jendra itu kemudian masuk ke markasnya dan duduk dimejanya. Ia mengambil pena dan kertas lalu menulis sebuah pesan-pesan yang akan di sampaikan ke Gedung Putih seandainya mereka gagal.
Pesan itu sangat singkat dan berani. " pendaratan kami... gagal...pasukan kami, dari angkatan udara dan angkatan laut sudah melakukan dengan semua keberanian dan kesetianaan. kalau harus ada yang dipersalahkan dalam upaya ini, hanya sayalah itu."
dapat dikatakan bahwa tindakan berani terbesar hari itu tidah terjadi di cocpit atau lubang perlindungan, tetapi dimeja tulis ketika dia yang duduk di pucuk pimpinan memikul tanggung jawab bagi mereka dibawahnya. ketika pemimpin menanggung kesalahan--bahkan sebelum kesalahan itu terjadi. pemimpin yang dizaman sekarang ini.
" Sama seperti anak manusia itu juga; Ia datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani, dan menyerahkan nyawanya untuk membebaskan banyak orang". Mat 20:28
Jendral Eisenhower mau. hasilnya ia menjadi pahlawan
Yesus Mau. hasilnya Ia adalah juru selamat.
Anak manusia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. kita renungkan kalimat ini. "Anak manusia" bagi orang Yahudi di zaman Yesus menimbulkan gambaran yang sama yang ada dan kita bayangkan kalau mendengar kata "jendral". itu merupakan pernyataan kewenangan dan kekuasaan.
Anak manusia yang menjadi jawaban pengharapan orang-orang Yahudi untuk menjadi pemimpin yang mampu membawa bangsa ini lepas dari penjajahan ternyata mengambil suatu inisiatif tindakan yang diluar dugaan dan harapan banyak orang. Ia memilih menjadi pelayan, Ia memilih menjadi orang yang harga dirinya diinjak-injak, dan Ia memilih untuk mati di kayu salib.
Dia Tuhan, Dia tahu apa yang terbaik bagi umatNya. Dia tahu kalau manusia yang Ia kasihi akan binasa selama-lamanya di neraka kalau Ia tidak mati di kayu salib.
Yesus Dialah jendral yang memikul tanggung jawab keselamatan bagi para tentara, bagi petani, bagi pedangan, bagi pengusaha, bagi pejabat, bahkan bagi koruptor sekalipun, juga bagi kamu secara pribadi yang membaca ini.
Yesus telah lakukan tanggung jawabnya di atas kayu salib, saatnya bagi kita untuk meresponi apa yang Yesus telah buat. selama waktu masih ada, selama kita masih bisa berpikir, maka sekarang pikirkanlah untuk apa aku hidup?
Mencari uang sebanyak-banyaknya?
Mendapatkan kedudukan tinggi di pemerintahan?
itu semua tidak salah, tetapi seandainya itu semua telah tercapai dan kita meninggal, apa yang terjadi. apakah setelah mati semua selesai????...
Hari ini Pintu surga terbuka bagi anda, bagi saya, mari kita gunakan kesempatan ini sekarang. Ingat hari ini tidak akan terulang kembali, jadi ambil kesempatan ini!!!GBU.